Selasa, 17 November 2009

SURGA DITELAPAK KAKI IBU


Ada cinta di setiap belaiannya
Ada sayang di setiap dekapannya
Ada sabar di setiap hari - harinya
Ada perjuangan di setiap detiknya

Ibu
Kau wanita paling cantik yang pernah ada di dunia ini
Kau wanita paling tangguh yang pernah aku temui
Kau insan Tuhan yang paling indah dalam ciptaannya

Ibu
Mampu kah anak mu ini membalas semua kasih sayangmu
Mampu kah anak mu ini memberikan yang terbaik untuk mu
Mampu kah anak mu ini selalu menjaga dirimu

Ibu
Cinta mu begitu tulus untuk kami
Sayang mu begitu hangat untuk kami
Senyum mu begitu indah pada kami

Ibu
Terima kasih atas cinta dan kasih sayangmu yang tulus
Terima kasih atas hari - hari mu untuk menemani ku
Terima kasih untuk semunya

Hanya sebait puisi ini yang mampu aku berikan
Untuk mu Ibu.....


Tepat pada tanggal 22 Desember, hari yang mungkin sangat spesial di hati para ibu khususnya. Kongres Pemuda III pada tanggal 22 Desember 79 tahun silam menjadi tonggak awal kebangkitan mereka. Berawal dari perjuangan tak kenal lelah oleh RA. Kartini beserta kawan-kawanya untuk mengubah paradigma kaum hawa pada saat itu. Perasaan senasib sepenanggungan yang dialami oleh kaum hawa seakan menjadi cambuk semangat mereka untuk berubah. Semangat dan perjuangan tak kenal lelah mereka pun akhirnya menuai hasil. Semenjak diadakannya beberapa kongres wanita, kini mereka tidak lagi dipandang sebelah mata. Mereka berhasil membuktikan kepada kita semua. INILAH KAMI !. Kaum yang dulu kau anggap remeh kini telah bangkit dari keterpurukan.

Tentunya masih segar dalam ingatan kita betapa besar jasa-jasa seorang ibu. Mengandung 9 bulan lamanya. Mempertaruhkan nyawa dan hidupnya agar kita dapat menikmati indahnya dunia yang fana ini. Belum cukup sampai di situ, tak lelah mereka menyapih dan menyusui kita 2 tahum lamanya sembari menyiapkan kebutuhan rumah tangga keluarga. Di saat kecil, kita sering menangis agar ibu membelikan apa yang kita pinta. Saat malam tiba, mereka lah yang membacakan dongeng kehidupan agar kita terlelap dalam heningnya suasana malam. Belum pulas seorang ibu menikmati tidurnya, beliau dikejutkan suara tangisan kita kala tengah malam tiba. Beliau mengajarkan kita apa arti mencintai dan apa arti dicintai.

Tak terasa, kini pun kita telah beranjak dewasa dengan berbagai masalah yang datang silih berganti menguji seberapa besar kesabaran kita. Kita seolah terlena akan kesibukan duniawi yang banyak memakan waktu luang. Kita menjadi lupa akan jasa-jasa beliau kepada kita. Alangkah bahagianya kita yang masih diberi kesempatan melihat secara utuh wajah seorang ibu, Meskipun hanya bisa mengucapkan selamat kepadanya di saat hari ibu tiba. Sementara sebagian dari kita hanya bisa bersimpuh, bersujud, dan berdoa sambil menengadahkan tangannya dalam langit-langit pengharapan seraya berkata, “Ampunilah dosa-dosa ibuku, TUHAN. Terimalah seluruh amal ibadahnya. Tempatkanlah beliau di surgamu yang indah “. Amin. Sementara saya, yang hanya bisa menulis dalam bait-bait tak bermakna tanda kasih dan sayang kepada sang ibunda tercinta yang alhamdullillah masih setia mendampingi saya.

JASA-JASAMU TAK KAN HILANG DITELAN ZAMAN

0 komentar:

Posting Komentar